Minggu, 28 Juni 2020

pandemi dan manusia

Pandemi memaksa manusia untuk #dirumahaja.
Pandemi memaksa seperti lampu lalulintas, merah, kuning, hijau. Tapi seperti lampu lalulintas, yang banyak diterobos saat merah,  paksaan pandemi diterobos paksa lebih memaksa dari kata paksa itu sendiri.
ah, manusia.
Manusia tingkat tertinggi dalam ekosistem. Penguasa di bumi. Begitu banyak kebaikan yang dilakukan manusia, dan tidak sedikit keburukan yang muncul karena manusia juga.
Tidak sulit merubah pesawahan menjadi perumahan, bukan mustahil merubah padang tandus menjadi rindang.
Manusia, makhuk paling sempurna yang dicipta Tuhan Sang Maha. karena kesempurnaanya yang kadang lupa menjadi jumawa. Tuhan berkahi manusia dengan akal dan hati, keduanya, bukan salahsatunya. tapi dominansi kadang mengelabui. Kebutuhan yang seringkali terbalut ego, tapi tidak salah karena manusia memang memiliki kebutuhan. Akan menjadi salah jika kebutuhan berubah, tertunggangi, yang pada akhirnya menjadikan manusia lupa menjadi manusia.
Manusia, lahir, tumbuh besar, tua dan meninggal. Siklus hidup, di dalamnya Tuhan berharap manusia saling memberi manfaat satu sama lain, seperti rantai yang saling mengikat, begitu kebaikan dalam kehidupan.

Pandemi mengajarkan manusia untuk percaya, bahwa sekuat apapun kita nyatanya takut akan sesuatu yang bahkan tak mampu dilihat mata langsung. COVID19, menjadi pandemi dunia yang melumpuhkan lebih dari separuh sektor kehidupan. Akan tetapi pandemi ini mengingatkan manusia bagaimana menjadi manusia, kembali mengingat Tuhan dan merajut hubungan #dirumahaja bersama keluarga yang selama ini terlupakan karena kebutuhan. Iya, kebutuhan memaksa manusia untuk bekerja, kadang kebutuhan membuat manusia lupa, bahwa butuh berbeda dengan ingin, mereka menginginkan seolah membutuhkan dan menjadikannya kebutuhan. Ada kalimat yang sering kita dengar, materi akan cukup untuk hidup tapi tidak akan cukup untuk gaya hidup. Hedonsime menjadi marak karena sosialisasi bertubi televisi. Bahkan yang terburuk manusia rela membodohi dan membohongi diri dan sekitar karena tampila, itu kenapa plagiarisme menjadi wajar. begitu banyaknya barang tiruan bahkan karya dan tulisan yang tersebar tanpa ijin si empunya. Manusia kadang lupa memanusiakan.

ah, manusia.
Mengagumkan tapi juga menyeramkan.
Semoga saya dan kalian yang membaca ini tetap sadar bahwa kita manusia, yang dicipta Tuhan dengan cinta dan kebaikan.
Semoga kita juga tidaklupa untuk terus percaya (IMAN), agar kita selamat (ISLAM) dan senantiasa memberi kebaikan bagi diri dan sesama (IHSAN).